Pages

Thursday 9 August 2012

Inisiasi SMA Kolese De Britto



   “Ayo cepat!!! Tangga jangan ada yang dilompati!!!”, diiringi decitan sol sepatu kets yang berbahan karet bergesekkan dengan ubin lantai di lorong menuju aula. Nampak siswa-siswa baru termasuk saya segera berlarian kearah aula untuk mengikuti acara inisiasi di sekolah baru kami ini SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Sebuah SMA swasta katolik yang siswanya cowok semua, serta menganut pendidikan bebas, namun bertanggung jawab. Hal itu tejadi 10 tahun yang lalu. 10 tahun yang lalu? Iya 10 tahun yang lalu dan sampai sekarang masih teringat cukup jelas dalam pikiranku. Kejadian 10 tahun yang lalu itu tiba-tiba terlintas di dalam pikiran saya  beberapa minggu yang lalu ketika saya menjemput siswa SMA pulang dari menjalani Masa Orientasi Siswa (MOS).

   Di sekolah kami waktu itu antara MOS dan inisiasi bukanlah sama, MOS dilaksanakan 3 hari pertama sewaktu kami masuk sekolah. MOS dilakukan di pagi hari, kemudian sorenya kami mengikuti seleksi untuk masuk tim inti beberapa ekstra kurikuler seperti sepak bola, voli, dan tentu saja yang menjadi andalan sekolah kami yaitu basket. MOS kami diperkenalkan dengan sekolah kami, mulai dari kegiatan yang ada disekolah, profil sekolah, profil siswa, visi dan misi sekolah, termasuk lagu mars sekolah kami yang sampai sekarang masih teringat jelas dalam ingatanku, dan kami para alumni selalu menyannyikannya ketika kami berkumpul dalam sebuah acara khusus.

   Setelah minggu pertama selesai dengan MOS, minggu kedua dimulailah masa inisiasi yang dimulai pada siang hari pukul 13.30, karena paginya kami tetap belajar namun jam pelajaran dikurangi sehingga kami pulang pukul 11.30. Masa inisisai inilah kami sering mendengar “Ayo cepat!!! Teman kalian menunggu itu!!!”, “Tangga jangan dilompati!!! Kalau ketahuan dilompati balik dan ulang lagi!!!”,  itulah dari sekian teriakkan yang sering kami dengar waktu itu. Teriakan- teriakan tersebut disertai penampilan kakak kelas kami yang cowok semua dengan rambut gondrong mereka lengkap dengan penampilan sangar sempat membuatku ciut nyali.

  Selama inisiasi kami diberikan berbagai macam tugas yang sungguh sangat merepotkan, mulai dari pembuatan atribut untuk nama kami yang berbentuk perisai segi 5 yang terdiri dari beberapa warna yang ditempel satu dengan yang lain yang setiap warna memiliki ukuran masing-masing. Seprit misalnya ukuran sisi terluar dihitung dari berpa jumlah lampu diruang guru ditambah jumlah lampu diruang perpustakaan dikurangi jumlah lampu ditaman. Kemudian perisai tersebut diikat dengan karet yang nantinya supaya bisa dipakai di dada. Jumlah karet juga ditentukan juga seperti halnya ukuran perisai seperti jumlah meja diruang perpustakaan dikurangi jumlah lampu diruang piala. Seperti itu kira-kira penentuan jumlah dan ukuran yang harus kami buat. Teka teki untuk petunjuk ukuran serta barang apa saja yang harus kami bawa kami dapatkan di papan pengumuman pada hari sabtu sebelum kami memulai inisisasi pada hari senin minggu berikutnya. Setelah mencari jawaban utnuk ukuran atribut yang harus kami buat kami pergi mulai mencari bahan untuk membuat atribut dan mencari barang-barang yang harus kami bawa pada waktu inisiasi.

   Saya ingat ketika kami diminta membawa salah satu merek mie instan rebus rasa ayam bawang, namun karena sulit mencarinya ada salah seorang teman kami yang entah sengaja atau tidak dia menuliskan dengan label harga yang dia tempelkan pada bungkus mie tersebut bertuliskan “Mie Nissin rebus rasa ayam bawang” padahal mie yang dia dapatkan bukan mie rebus melainkan mie goring meskipun rasanya sama. Selain itu ada yang membawa batangan kayu secang seperti gagang centhong (sendok nasi) padahal kami diminta membawa secang serut bukan batangan kayu secang semacam itu. Pada hari terakhir yaitu hari jumat kami menginap disekolah, kmai diminta membawa perlengkapan mandi masing-masing, membawa koran dengan tanggal tertentu sebagai alas tidur. Sampai hari terakhir inisiasi tersebut dari sekitar 200-an siswa yang membuat atribut hanya 1 orang yang berhasil membuatnya dengan benar. Jadilah yang lainnya disuruh push up dengan aba-aba dari panitia. Waktu mandi pun tiba kami yang sudah dibagi dalam kelompok-kelompok kecil disebar di berbagai penjuru sekolah yang ada kamar mandinya. Karena begitu banyak orang jadi waktu mandi sangat dibatasi hanya beberapa detik saja, itu juga yang mengahruskan mandi bisa secara bersamaan 2 orang. mungkin karena itu pula banyak barang yang tertinggal dikamar mandi, mulai dari sabun, sikat gigi, sampai CD(celana dalam). Barang-barang tersebut ditunjukkan sewaktu kami berkumpul diaula setelah mandi dengan bertujuan untuk mencari tau siapa yang punya, namun mungkin karena malu tidak ada satupun yang mengaku.  Berbagai kejadian lucu dan bisa dibilang konyol banyak terjadi juga selama seminggu kami inisiasi.  Malam setelah doa malam kami tidur dibagi dalam kelompok-kelompok kami di tiaptiap kelas dengan beralaskan koran yang kami bawa. Tengah malam sewaktu kami tertidur tiba-tiba kami dibangunkan untuk mencari wali kelas kami masing-masing dan berkumpul dengan teman sekelas untuk renungan malam dan setelahnya kami tidur lagi. Pagi harinya jam 04.00 subuh kami dibangunkan dan diminta hanya mengenakan celana pendek tanpa baju bertelanjang dada(bahasa jawanya “ngligo”) lengkap dengan perisai atribut yang kami buat dan pakai selama inisiasi. Kami dikumpulkan dilapangan sekolah untuk olahraga pagi. Udara yang dingin membuat gigi kami beradu karena menggigil kedinginan. Senam pun dimulai dan sebagai penutup olah raga pagi kami diminta berbaring diatas rumput lapangan yang basah karena embun pagi lengkap sudah semakin membuat kami semain menggigil kedinginan. Setelah olahraga selesai kami diminta satu persatu maju dan memasukkan atribut perisai yang kami pakai kedalam sebuah tong yang yang sudah dinyalakan api didalamnya untuk mebakar atribut tersebut sebagai tanda kami telah lulus inisiasi. Setelah acara bakar-bakaran itu selesai kami langsung disiram air oleh pastur pamong kami dengan selang diikuti oleh para panita lambang kami dibaptis dan telah menjadi bagian dari keluarga SMA Kolese De Britto.

  Saya sempat berpikir di awal untuk apa sih kegiatan semacam ini dilakukan? Untuk ajang balas dendam para kakak kelas kepada siswa baru? Kalau untuk itu saja kenapa acara seperti ini tetap terus diadakan? Namun seiring berjalannya waktu inisiasi saya mulai mendapat jawaban untuk apa tradisi disekolah kami ini terus dipertahankan. Saya menyadari dari inisiasi tersebut karakter para siswa De Britto mulai dibentuk, dengan berbagai tugas dan jumlahnya yang cukup banyak kami dilatih untuk bisa berpikir cepat untuk bisa menyelesaikan tugas yang cukup banyak yang diberikan kepada kami, dilatih untuk bisa membuat strategi untuk bisa menyiasati bagaimana menyelsaikan tugas yang banyak namun dalam waktu yang singkat, dilatih untuk bisa bekerja sama dengan orang lain. Bahkan sampai sekarangpun hal itu tertanam terus dalam hidup saya. Saya merasa bersyukur bisa masuk di sekolah tersebut dan mengikuti inisiasi karena disanalah saya belajar berbagai hal terutama mengenai kehidupan bermasyarakat, bersosialisasi.Banyak sekali manfaat dari inisiasi yang bisa saya ambil dari sana. Mungkin kalau saya tulis semua tidak akan ada habisnya. Mungkin nanti di tulisan yang lain saya akan coba kupas beberapa diantaranya serta apa pengaruhnya terhadap hidup saya.

0 comments: