Pages

Wednesday 26 September 2012

"X+1"nya Mr. Samino



Mr. Samino atau Mr. Sam nama yang bagi kami alumni dan siswa-siswa SMA De Britto pasti tidak asing. Begitu mendengar namanya pasti langsung terlintas dipikiran tentang seorang guru yang sederhana dan selalu tersenyum kepada siapa saja yang ditemuinya. Beliau guru yang sangat sederhana seperti halnya guru-guru di desa-desa yang sering kita lihat di tv, dengan penampilan berkemeja biasa saja namun terlihat rapi. Dengan rambutnya yang mulai terkikis(botak) dan beliau selalu berusaha menutupi itu dengan menyisir rambutnya sedemikian rupa namun sepertinya cara itu gagal menutupinya karena tetap saja terlihat. Seorang guru yang memiliki cara komunikasi dengan para siswanya yang menurut saya sangat unik dan sangat langka untuk ditemui.

Mr. Samino apakah beliau guru bahasa inggris sehingga dipanggil "Mister"? Oh bukan, beliau adalah guru yang mengampu mata pelajaran sejarah dan antropologi di sekolah kami. Dalam mengajar beliau selalu menggunakan cara yang unik diluar dugaan kami, beliau selalu memunculkan analogi-analogi yang menurut kami sangat kocak dan lucu dalam penyampaian materi mengajarnya. Namun dengan cara itu juga malah membuat materi pelajaran bisa kami terima dengan baik. Seperti contohnya tentang sebuah analogi kemerdekaan bangsa kita yang beliau gambarakan bahwa seperti orang mau mencuri buah mangga tetangganya. Beliau mengambil contoh beberapa orang teman saya dengan berkata demikian, " Kae si wong gunung kae sing menek uwite, terus kae sing wong ndeso kae sing nunggu nang ngisore nampani pelem, terus kae anake doktere kae sing ngawasi karo ngipasi menyan (Itu orang gunung yang panjat pohonnya, lalu orang kampung itu yang jaga dibawah buat tangkap mangganya, lalu tu anak dokter itu yang ngawasi dan ngipasin kemenyan)."

Kami semua terdiam heran mendengar perumpamaan beliau tersebut, entah cuma saya atau yang lain juga heran dengan adanya "ngipasin kemenyan" dalam analogi beliau tersebut. Lalu tak lama setelah kami kebingungan ada salah satu dari kami yang nylekop, "Kok nganggo ngipasi menyan barang nggo ngopo pak? (Kok pake ngipasin kemenyan segala buat apa pak?)". Beliau dengan senyum khasnya yang lebar menjawab, "Hehehe, woo lah iyo ben sing duwe pelem kui kambonan menyan terus wedi dikirone nek ono suoro krusek-krusek ben dikiro setan (Hehehe, woo lah iya biar yang punya mangga kebauan kemenyan terus ketakutan kalau ada suara krusek-krusek biar dikira hantu)."

Mendengar penjelasan beliau tersebut berbagai reaksi dari kami muncul secara hampir bersamaan, ada yang geleng kepala, ada yang tepok jidat, ada yang komentar "Ra mutu pak!". Namun dari komunikasi unik itulah banyak materi pelajaran yang menjadi mudah kami ingat, bahkan kami ingat sampai sekarang setelah bertahun-tahun kami lulus. Beliau juga sering menjadi wali kelas, dan kelas dimana beliau menjadi wali kelasnya dijamin 100% naik kelas atau lulus semua. "Itu sudah biasa aja kali."Mungkin itu pendapat yang akan dari teman-teman semua yang dari sekolah lain. Kenapa bisa begitu? Di sekolah kami De Britto saat-saat naik kelas adalah hal yang paling sangat menegangkan dan sangat mendebarkan, bisa lebih menegangkan daripada saat nyepep (nonton bokep) dan lebih mendebarkan dari saat menonton film horor. Ya di sekolah kami terkenal dengan budaya rame-rame tidak naik kelas. Bisa dibilang jumlahnya fantastis dalam 1 angkatan angka ketidak naik kelasan tersebut. Dari 1 angkatan saja yang tidak naik kelas bisa dikumpulkan menjadi 1 kelas sendiri dari 6 kelas pararel dengan jumlah siswa perkelasnya 40-an siswa. Itu saja sudah dikurangi yang dikeluarkan. Wah kenapa banyak begitu? Pasti siswanya goblog-goblog ya? Bisa jadi mungkin benar tanggapan seperti itu, tetapi dari proses penerimaan siswa De Britto sendiri jika teman-teman tahu bagaimana ketatnya proses seleksi dan tes masuk siswa pasti akan berpikir lain. Lalu kenapa bisa jumlah yang tidak naik kelas begitu banyak? Ya itu seperti yang sudah saya bahas pada tulisan saya yang lain di sini.

Lalu bagaimana Mr. Samino bisa selalu menjadi wali kelas yang sukses dengan 100% kenaikan dan kelulusan siswanya? Mr. Samino atau pak Samino itu punya trik tersendiri, bisa dibilang beliau sangat perhatian dengan anak-anak dikelasnya.  Bagi siswa-siswa yang nilai rata-ratanya berada dibawah nilai  minimal pasti mendapat kunjungan "istimewa" beliau. Setiap jam belajar malam pada umumnya jam 19.00 sampai jam 21.000, siswa yang nilainya dibawah nilai minimal tersebut dijamin tidak akan bisa pergi dari tempat tinggalnya atau kosnya karena pak Samino pasti sudah menunggu didepan rumah atau kos mereka untuk memastikan siswa tersebut tidak pergi dan ada di rumah atau kos untuk belajar. Bahkan dengan alasan mau cari makan pun beliau tidak akan mengijinkan siswa tersebut untuk pergi sebelum belajar. Yah dengan cara begitu siswa tersebut mau tidak mau tetap harus belajar dulu meskipun lapar melilit. Itulah trik Mr. Samino yang melegenda dengan cara komunikasi yang uniknya dan 100% kenaikan kelas dan kelulusan siswa dari kelasnya.

Pasti banyak yang bertanya hubungannya dengan "X+1"nya Mr. Samino apa? "X+1" yang diajarkan Mr. Samino kepada kami mempunyai maksud  X itu individu atau seseorang sedangkan +1 itu adalah kelebihan yang berguna bagi orang lain dan itu pasti dimiliki oleh setiap orang, jadi "X+1" itu mengajarkan kepada kita kalau seseorang sebisa mungkin jadilah diri sendiri dan miliki kelebihan yang berguna bagi orang lain baik itu secara langsug maupun tidak langsung.

Yah itulah Mr. Some I Know (Samino) dengan X+1 beliau

Sumber Gambar dari : http://aakuntoa.wordpress.com/2011/11/25/guru-samino/

0 comments: